Jangan Ada Kekerasan Santri
Pengasuh Ponpes Putri Tebuireng KH Fahmi Amrullah Hadziq [Enggran Eko Budianto/detikJatim/detikJatim]
Jombang - Sejumlah hikmah bisa dipetik dari kasus penganiayaan yang menewaskan seorang santri di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Antara lain pengurus maupun keamanan pondok tidak boleh powerful meski diberi kewenangan menertibkan para santri.
Apalagi melarang keluarga santri melibatkan kepolisian ketika terjadi tindak pidana di pesantren.
"Mungkin itu perlu direvisi kalau menurut saya, tidak boleh ada lagi kekerasan di pesantren. Jadikanlah pesantren yang ramah, nyaman bagi santri. Sehingga orang tua tidak khawatir. Karena pesantren menjadi jujukan para orang tua untuk menjaga anak-anak mereka dari pergaulan bebas. Kalau di pondok mengalami itu, terus para orang tua ke mana lagi," cetus Gus Fahmi kepada detikJatim, Sabtu (17/9/2022).
Tebuireng, kata Gus Fahmi, terus berupaya menjadi pesantren yang aman dan nyaman bagi semua santri.
"Ustaz dan ustazah di sini saya minta jangan menjaga jarak dengan santri. Supaya mereka menjadi orang tua, seperti kakak bagi para santri. Karena para santri jauh dari keluarga," jelasnya.
Pihaknya mengaku lebih bersikap demokratis terhadap para orang tua santri. Pesantren yang didirikan KH Hasyim Asy'ari 123 tahun lalu ini memberikan akses kepada wali santri untuk mengajukan komplain jika merasa keberatan dengan kebijakan pesantren. Tidak ada lagi hukuman fisik terhadap santri yang melanggar tata tertib pesantren.
"Misalnya ada santri melanggar, sudah tidak ada lagi hukuman fisik. Kami gunakan pembinaan. Misalnya tidak boleh keluar pondok sekian hari, disuruh menulis Surah Yasin," terangnya.
(fat/iwd)
SUMBER: https://www.detik.com/jatim/berita/d-6298001/pesantren-jujukan-orangtua-dari-pergaulan-bebas-jangan-ada-kekerasan-santri.
No comments:
Post a Comment